image source |
Pada zaman Penjajahan Belanda, Surabaya yang merupakan pusat perdagangan serta pemerintahan Belanda di Jawa Timur memiliki jongos (pembantu, pribumi) yang mayoritas merupakan orang asli surabaya untuk mengerjakan pekerjaan rumah tuan Belanda yang telah menetap lama di Surabaya.
Sekitar tahun 1873, fabriek Nestle mulai menjual susu Dancow di Surabaya. untuk memenuhi gizi anak dari tuan Belanda yang masih bayi, para Jongos disuruh membeli susu merk Dancow yang dimana tempat menjualnya sangat jauh dengan jalan kaki, sehingga membuat para jongos mengingat merks susu supaya tidak lupa yang sulit dilafalkan selalu mengatakan "Danco" berkali-kali seperti tulisan susu yang seharusnya "Denkao", sedangkan oleh orang lain yang mendengarnya mengira sedang kesal kepada majikannya dan menular dari mulut ke mulut menjadi umpatan "Dancok" kepada orang belanda.
Namun pada tahun 1924 pemerintah belanda membangun trem listrik sebagai sarana transportasi sehingga pembantu tuan belanda diizinkan naik trem untuk membeli susu Dancow tapi tetap saja kebiasaan para jongos mengingat-ingat merk susu dancow tetap dilakukan.
kata dancok mulai di dengar dan mulai menyebar oleh kalangan pribumi kelas bawah ketika jalan kaki maupun kelas atas atau priayi ketika di trem, dalam perkembangan zaman Dancow yang menjadi umpatan dancok menjadi jancok pada umumnya hingga saat ini.
kesalah pahaman akan kosakata ini juga terjadi pada kata "kabut" yang sebenarnya berasal dari "al-ankabut" yang berarti laba-laba. orang arab yang di Indonesia zaman dulu kerap menunjuk-nunjuk sarang laba-laba yang memiliki ukuran tubuh yang besar di pepohonan tropis yang dimana waktu itu kerap terjadinya kabut, namun orang Indonesia justru mengira asap alam.
Sumber : Masih Di Indonesia
Namun ternyata banyan yang menyangkal versi di atas, karena tahun berdirinya pabrik produsen Dancow lebih muda daripada tahun yang disebutkan dalam cerita di atas. Adapun versi lain yang berhasil admin himpun adalah sebagai berikut :
1) Versi Kedatangan Pedagang Arab : Konon JANCOK berasal dari kata Da’Suk. Da’ artinya meninggalkanlah kamu, dan assyu’a artinya kejelekan, digabung menjadi Da’Suk yang artinya tinggalkanlah keburukan. Tapi karena logat dan mulut arek Suroboyo menjadi dilafalkan JANCOK
2) Versi Penjajahan Belanda : Ada istilah keren diantara orang Indo-Belanda 1930-an yaitu yantye ook yang artinya ‘kamu juga’. Kata-kata mereka ini diplesetkan oleh arek-arek Suroboyo pribumi jadi yanty-ok, yang jika diucapkan kedengerannya jadi JANCOK. Kata ini jadi bahan olok-olokan arek pribumi, berkembanglah jadi umpatan !
3) Versi Penjajahan Jepang : dari kata Sudanco berasal dari jaman romusha yang artinya Ayo Cepat, Karena pemuda surabaya kesal maka diplesetkan Dancok !
4) Versi kampung palemahan : Sebagai kampung tertua di Surabaya, palemahan punya klaim sendiri bahwa kata ini asli lahir dari kampung ini. JANCOK adalah akronim dari Marijan ngencuk (berhubungan badan). Marijan adalah warga palemahan yang doyan free seks. Pendapat ini bisa diterima dilihat dari oral history-nya !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar