Bila
dilihat dari bentuk dan ukuran menara Kudus tidaklah begitu istimewa, yang
menjadi unik dan menarik adalah menara masjid Kudus tersebut merupakan
peninggalan Sunan Kudus, salah satu dari Wali Songo yang mashur di Indonesia,
khususnya di Pulau Jawa. Sebab lain yang
menjadikan menara ini terkesan ikonik adalah karena bentuknya yang dianggap
khas arsitektur Hindu yang disandingkan dengan masjid.
Pegiat
sejarah asal Pati Jawa Tengah memiliki pandangan yang berbeda dari yang selama
ini sudah diyakini dan dipercaya oleh khalayak. Susilo Tomo, pegiat sejarah
juga seniman lukis ini berpendapat bahwa bangunan masjid Al Aqsha, Kudus
beserta balai kulkul/menara, candi bentar, paduraksa nya merupakan hal biasa
pada jamannya. Bukan akulturasi, bukan juga kuil Hindu yang dirombak menjadi
masjid. Arsitektur Al Aqsha, Kudus adalah arsitektur Nusantara, bukan
arsitektur Hindu.
Terkhusus
untuk bangun menara di komplek masjid yang sebenarnya bernama Al Aqsha
tersebut, bangunan menara serupa menara Al Aqsha
banyak terdapat di Bali. Tidak cuma di tempat ibadah, namun juga di tempat
publik lain, seperti balai banjar, balai desa, puri/istana, bahkan beberapa di
perempatan jalan dan hotel-hotel.
Namanya
balai kulkul. Kulkul= kentongan. Jadi
balai kulkul dibangun berfungsi sebagai menara panggil atau menara untuk
mempublikasikan informasi yang harus disampaikan kepada masyarakat.
Balai Kul-kul, Sumber : nowbali.co.id |
Susilo Tomo, Pegiat Sejarah asal Pati Jawa Tengah ketika berkunjung ke situs Trowulan Mojokerto |
Di
tempat seperti puri, pura, pendopo kabupaten, balai kulkul menjadi bagian
bangunan pelengkap dari bangunan inti disamping candi bentar (gapura luar) dan
paduraksa (gapura dalam). Semua bagian bangunan pendamping tersebut, baik candi
bentar, paduraksa, maupun balai kulkul terdapat di komplek masjid Al Aqsha,
Kudus.
Pada
jamannya susunan bangunan semacam ini selalu ada di bangunan-bangunan publik di
Jawa dan Nusantara. Sisa-sisa bangunan candi bentar serta paduraksa kecuali di
komplek masjid Al Aqsha Kudus, juga terdapat di situs Majapahit di Trowulan,
situs Mataram di Kotagede, situs kesultanan Cirebon, dll.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar