Historiesnet

Sebuah Pencarian Sejarah

Minggu, 26 April 2020

Sejarah Pagebluk di Desa Lahar 100 Tahun yang Lalu (1920)

(Sebuah Analisis)

Meskipun tidak banyak yang tahu, tetapi perjalanan sejarah masyarakat desa Lahar kec. Tlogowungu kab. Pati abadi lewat cerita tutur atau oral story sampai sekarang. Setidaknya  sejarah bisa dianalisis untuk 100 sampai dengan 150 tahun ke belakang. Hanya sumber cerita tutur atau lisan yang bisa dirujuk sebab sampai dengan tulisan ini dibuat penulis belum menemukan sumber atau catatan tertulis terkait sejarah desa Lahar, kecuali hanya bekas-bekas bangunan masa lalu.

ilustrasi
Suatu keuntungan sejarah, di desa Lahar pernah dibangun kanal air sepanjang puluhan kilometer menuju desa Pasucen untuk kepentingan pengairan kebun tebu Hindia Belanda yang pabrik gulanya berada di desa Suwaduk (sekarang PG Trangkil). Karena fakta inilah penulis diuntungkan dengan mendapat data peristiwa yang akurat, di mana menurut arsip sejarah PG Trangkil dibangun pada tahun 1835, tepatnya pada tanggal 2 Desember 1835 di desa Suwaduk Kec. Wedarijaksa kemudian pada tanggal 24 Oktober 1838 dipindah ke desa Trangkil. Nah, dari catatan berdirinya pabrik gula inilah yang bisa dijadikan “tugu waktu” kronologis sejarah desa Lahar. Artinya cerita atau kejadian apapun yang menyebut kanal pasti terjadi setelah tahun 1835.

Konon di desa Lahar pernah terjadi pandemi atau pagebluk pada masa akhir pemerintahan Kepala Desa Astro Wijoyo. Wabah itu terjadi di dukuh Krakeh dimana dukuh tersebut sampai sekarang letaknya terpisah dari dukuh-dukuh lain. Dukuh Krakeh sempat ingin memekarkan wilayah berdiri sendiri menjadi sebuah desa namun tidak jadi sebab terlebih dahulu terserang wabah yang menewaskan hampir seluruh warga dukuh Krakeh.

Pada masa itu diceritakan dukuh Krakeh taraf ekonominya sudah sangat maju, rumah-rumah penduduk sudah beratap genteng dan berdinding gebyok (papan kayu), sementara pada masa itu kebanyakan rumah-rumah penduduk di dukuh lainnya masih beratap welit (anyaman daun rumbiya) dan berdinding gedek (anyaman bambu). Jumlah penduduknya penulis perkirakan sudah mendekati 1000 jiwa mengingat hendak mendirikan desa sendiri.

Tidak ada catatan yang pasti tahun berapa masa akhir pemerintahan Astro Wijoyo, namun estimasi penulis adalah di awal tahun 1900an seperti yang pernah penulis jabarkan di artikel Sejarah Desa Lahar sejak Era Danyang sampai Kemerdekaan

Bila benar terjadi, apakah pagebluk itu bisa dihubungkan dengan siklus wabah global setiap 100 tahun sekali yang ramai diperbincangkan itu? Sejarah mencatat setiap 100 tahun sekali ada wabah atau pandemi mematikan yang merenggut nyawa ribuan hingga jutaan orang di seluruh dunia.
Wabah Besar Marseille 1720-1722 Penyakit demam menular yang disebabkan bakteri ini disebarkan dari tikus ke manusia lewat gigitan kutu. Saat penyakit mulai menginfeksi manusia dan menular dengan cepat selama tiga tahun wabah ini membunuh sekitar 126 ribu orang di seluruh Prancis
Wabah Kolera 1817-1823, muncul pada tahun 1817 dan berlangsung selama tiga tahun sampai tahun 1820. wabah ini menyebar ke negara-negara lain di Asia, seperti Myanmar, Sri Lanka, Thailand, China, Jepang, dan Indonesia. Pada tahun 1820, kolera sampai ke negara lain di luar Asia, termasuk Teluk Persia, Suriah, Turki, dan Rusia selatan. Jutaan nyawa melayang karena wabah kolera ini.
Flu Spanyol 1920, disebabkan oleh virus H1N1 yang ditularkan dari unggas ke manusia. Flu Spanyol pertama muncul pada 1918-1919. Di AS, penyakit influenza Spanyol teridentifikasi dari anggota militer pada tahun 1918. Diperkirakan ada 500 juta orang atau sepertiga dari populasi manusia yang terinfeksi virus H1N1 dengan jumlah kematian mencapai 50 juta orang di seluruh dunia.
Dan yang terakhir adalah Corona / Covid-19 di tahun 2020 ini yang sampai tulisan ini dibuat korban masih terus bertambah entah sampai kapan.

Kembali ke Pagebluk Desa Lahar tahun 1920
Rasa penasaran penulis kemudian coba ingin menganalisis kebenaran sejarah itu dengan mencari referensi informasi wabah global tahun 1920 yang juga sampai menyebar dan membunuh banyak orang di pulau Jawa.
Sejarawan UGM, Sri Margana menyebut bahwa benar telah ada wabah yang terjadi seabad yang lalu. Menurutnya, wabah pes menjadi wabah yang memakan korban sangat banyak saat itu.
"Kalau yang pernah membawa korban sangat banyak ya penyakit pes. Wabah pes itu yang pernah banyak menelan korban warga Hindia Belanda (nama Indonesia di masa penjajahan) dan juga telah merubah kebijakan kolonial tentang kesehatan," ujarnya.

Margana menyebut wabah tersebut terjadi pada pertengahan dekade 1920. Namun, atas peran besar dr Cipto Mangunkusumo akhirnya wabah tersebut berhasil diberantas. Terlepas dari hal tersebut, Margana mengungkapkan ada beberapa wabah yang terjadi di pulau Jawa.

Sri menjelaskan, wabah itu muncul saat penduduk Eropa mulai menduduki wilayah-wilayah perkebunan di Indonesia. Mengingat saat itu Pemerintah kolonial berniat memperkuat sektor perkebunan.

"(Wabah) cacar itu sekitar tahun 1920, itu ketika penduduk Eropa mulai menduduki di wilayah perkebunan. Jadi perhatian kolonial terhadap penyakit seperti itu terjadi setelah perluasan perkebunan kolonial termasuk pes ini," katanya. (sumber : detik.com)

Merujuk dari informasi sejarawan tersebut maka menjadi “mungkin” bila pada tahun-tahun tersebut wabah bisa masuk ke desa Lahar mengingat di desa Lahar menjadi salah satu pos pemerintahan Hindia Belanda yang tengah konsen pada perkebunan tebu di sekitaran desa Lahar.

Di tempat lain yang tidak jauh dari desa Lahar Belanda juga tengah mulai membuka perkebunan kopi yang ada di lereng sebelah timur gunung Muria pada tahun 1895. PTPN Jollong Pati wilayah perkebunannya mencakup kecamatan Gembong dan kecamatan Tlogowungu. Di kecamatan Tlogowungu perkebunan kopi berada di desa Gunungsari dan Tajungsari yang berbatasan dengan desa Lahar sebelah barat.

Apakah pagebluk yang terjadi di dukuh Krakeh tersebut merupakan wabah cacar yang tengah melanda pulau Jawa? Cerita tutur justru menyebutkan bahwa pagebluk yang menimpa satu dukuh tersebut bukanlah penyakit biasa, melainkan penyakit yang terjadi karena diakibatkan oleh hal mistis: yakni sengaja direkayasa oleh pemangku kepentingan setempat karena tidak ingin dukuh Krakeh melepaskan diri dari desa Lahar.

Bila menafikkan sebab mistis tersebut di atas dan menghubungkan pagebluk di dukuh Krakeh dengan wabah global, mengapa tidak pernah ada catatan atau cerita bahwa pernah terjadi wabah di kadipaten Pati? Kenapa hanya terjadi di dukuh Krakeh desa Lahar? Masih misteri!!

2 komentar: