Historiesnet

Sebuah Pencarian Sejarah

Kamis, 07 Desember 2017

Menara Kudus Bukan Akulturasi Budaya Hindu - Islam, melainkan Arsitektur Asli Nusantara ?



Bila dilihat dari bentuk dan ukuran menara Kudus tidaklah begitu istimewa, yang menjadi unik dan menarik adalah menara masjid Kudus tersebut merupakan peninggalan Sunan Kudus, salah satu dari Wali Songo yang mashur di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa.  Sebab lain yang menjadikan menara ini terkesan ikonik adalah karena bentuknya yang dianggap khas arsitektur Hindu yang disandingkan dengan masjid.
Ada banyak pendapat tentang Menara Kudus. Pendapat yang paling populer adalah bahwa Menara Kudus merupakan bentuk akulturasi dari Hindu & Islam. Pendapat yang lain mengatakan bahwa Menara Kudus dulunya kuil Hindu yang dirombak jadi masjid. Semua pendapat ini lebih didasarkan pada bentuk bangunan Menara Kudus yang mirip dengan bangunan suci agama Hindu.

Pegiat sejarah asal Pati Jawa Tengah memiliki pandangan yang berbeda dari yang selama ini sudah diyakini dan dipercaya oleh khalayak. Susilo Tomo, pegiat sejarah juga seniman lukis ini berpendapat bahwa bangunan masjid Al Aqsha, Kudus beserta balai kulkul/menara, candi bentar, paduraksa nya merupakan hal biasa pada jamannya. Bukan akulturasi, bukan juga kuil Hindu yang dirombak menjadi masjid. Arsitektur Al Aqsha, Kudus adalah arsitektur Nusantara, bukan arsitektur Hindu.

Terkhusus untuk bangun menara di komplek masjid yang sebenarnya bernama Al Aqsha tersebut, bangunan menara serupa menara Al Aqsha banyak terdapat di Bali. Tidak cuma di tempat ibadah, namun juga di tempat publik lain, seperti balai banjar, balai desa, puri/istana, bahkan beberapa di perempatan jalan dan hotel-hotel.
Namanya balai kulkul.  Kulkul= kentongan. Jadi balai kulkul dibangun berfungsi sebagai menara panggil atau menara untuk mempublikasikan informasi yang harus disampaikan kepada masyarakat.

Balai Kul-kul, Sumber : nowbali.co.id


Susilo Tomo, Pegiat Sejarah asal Pati Jawa Tengah ketika berkunjung ke situs Trowulan Mojokerto

Di tempat seperti puri, pura, pendopo kabupaten, balai kulkul menjadi bagian bangunan pelengkap dari bangunan inti disamping candi bentar (gapura luar) dan paduraksa (gapura dalam). Semua bagian bangunan pendamping tersebut, baik candi bentar, paduraksa, maupun balai kulkul terdapat di komplek masjid Al Aqsha, Kudus.

Pada jamannya susunan bangunan semacam ini selalu ada di bangunan-bangunan publik di Jawa dan Nusantara. Sisa-sisa bangunan candi bentar serta paduraksa kecuali di komplek masjid Al Aqsha Kudus, juga terdapat di situs Majapahit di Trowulan, situs Mataram di Kotagede, situs kesultanan Cirebon, dll.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar