(Sebuah Analisis)
Meskipun tidak banyak yang tahu, tetapi perjalanan
sejarah masyarakat desa Lahar kec. Tlogowungu kab. Pati abadi lewat cerita tutur
atau oral story sampai sekarang. Setidaknya sejarah bisa dianalisis untuk 100 sampai
dengan 150 tahun ke belakang. Hanya sumber cerita tutur atau lisan yang bisa dirujuk
sebab sampai dengan tulisan ini dibuat penulis belum menemukan sumber atau
catatan tertulis terkait sejarah desa Lahar, kecuali hanya bekas-bekas bangunan
masa lalu.
![]() |
ilustrasi |
Suatu keuntungan sejarah, di desa Lahar pernah
dibangun kanal air sepanjang puluhan kilometer menuju desa Pasucen untuk
kepentingan pengairan kebun tebu Hindia Belanda yang pabrik gulanya berada di
desa Suwaduk (sekarang PG Trangkil). Karena fakta inilah penulis diuntungkan
dengan mendapat data peristiwa yang akurat, di mana menurut arsip sejarah PG Trangkil
dibangun pada tahun 1835, tepatnya pada tanggal 2 Desember 1835 di desa Suwaduk
Kec. Wedarijaksa kemudian pada tanggal 24 Oktober 1838 dipindah ke desa Trangkil.
Nah, dari catatan berdirinya pabrik gula inilah yang bisa dijadikan “tugu waktu”
kronologis sejarah desa Lahar. Artinya cerita atau kejadian apapun yang menyebut
kanal pasti terjadi setelah tahun 1835.
Konon di desa Lahar pernah terjadi pandemi atau pagebluk
pada masa akhir pemerintahan Kepala Desa Astro Wijoyo. Wabah itu terjadi di dukuh
Krakeh dimana dukuh tersebut sampai sekarang letaknya terpisah dari dukuh-dukuh
lain. Dukuh Krakeh sempat ingin memekarkan wilayah berdiri sendiri menjadi
sebuah desa namun tidak jadi sebab terlebih dahulu terserang wabah yang
menewaskan hampir seluruh warga dukuh Krakeh.
Pada masa itu diceritakan dukuh Krakeh taraf
ekonominya sudah sangat maju, rumah-rumah penduduk sudah beratap genteng dan
berdinding gebyok (papan kayu),
sementara pada masa itu kebanyakan rumah-rumah penduduk di dukuh lainnya masih
beratap welit (anyaman daun rumbiya) dan
berdinding gedek (anyaman bambu). Jumlah
penduduknya penulis perkirakan sudah mendekati 1000 jiwa mengingat hendak
mendirikan desa sendiri.
Tidak ada catatan yang pasti tahun berapa masa akhir
pemerintahan Astro Wijoyo, namun estimasi penulis adalah di awal tahun 1900an
seperti yang pernah penulis jabarkan di artikel Sejarah Desa Lahar sejak Era Danyang sampai Kemerdekaan
Bila benar terjadi, apakah pagebluk itu bisa
dihubungkan dengan siklus wabah global setiap 100 tahun sekali yang ramai
diperbincangkan itu? Sejarah
mencatat setiap 100 tahun sekali ada wabah atau pandemi mematikan yang merenggut
nyawa ribuan hingga jutaan orang di seluruh dunia.
Wabah Besar Marseille 1720-1722 Penyakit demam menular yang
disebabkan bakteri ini disebarkan dari tikus ke manusia lewat gigitan kutu. Saat penyakit mulai menginfeksi manusia dan menular dengan cepat selama
tiga tahun wabah ini membunuh sekitar 126 ribu orang di seluruh Prancis
Wabah Kolera 1817-1823, muncul pada tahun 1817 dan berlangsung selama tiga tahun sampai
tahun 1820. wabah ini menyebar ke
negara-negara lain di Asia, seperti Myanmar, Sri Lanka, Thailand, China,
Jepang, dan Indonesia. Pada tahun 1820, kolera sampai ke negara lain di luar
Asia, termasuk Teluk Persia, Suriah, Turki, dan Rusia selatan. Jutaan nyawa
melayang karena wabah kolera ini.
Flu Spanyol
1920, disebabkan oleh virus H1N1 yang ditularkan dari unggas ke
manusia. Flu Spanyol pertama muncul pada
1918-1919. Di AS, penyakit influenza Spanyol teridentifikasi dari anggota
militer pada tahun 1918. Diperkirakan ada 500 juta orang atau sepertiga dari
populasi manusia yang terinfeksi virus H1N1 dengan jumlah kematian mencapai 50
juta orang di seluruh dunia.
Dan yang terakhir adalah Corona / Covid-19 di tahun 2020 ini yang sampai tulisan ini dibuat korban
masih terus bertambah entah sampai kapan.
Kembali ke
Pagebluk Desa Lahar tahun 1920
Rasa penasaran penulis kemudian coba ingin
menganalisis kebenaran sejarah itu dengan mencari referensi informasi wabah global
tahun 1920 yang juga sampai menyebar dan membunuh banyak orang di pulau Jawa.
Sejarawan UGM, Sri Margana menyebut bahwa
benar telah ada wabah yang terjadi seabad yang lalu. Menurutnya, wabah pes menjadi
wabah yang memakan korban sangat banyak saat itu.
"Kalau yang pernah membawa
korban sangat banyak ya penyakit pes. Wabah pes itu yang pernah banyak menelan
korban warga Hindia Belanda (nama Indonesia di masa penjajahan) dan juga telah
merubah kebijakan kolonial tentang kesehatan," ujarnya.
Margana menyebut wabah tersebut
terjadi pada pertengahan dekade 1920. Namun, atas peran besar dr Cipto
Mangunkusumo akhirnya wabah tersebut berhasil diberantas. Terlepas dari hal
tersebut, Margana mengungkapkan ada beberapa wabah yang terjadi di pulau Jawa.
Sri menjelaskan, wabah itu muncul
saat penduduk Eropa mulai menduduki wilayah-wilayah perkebunan di Indonesia.
Mengingat saat itu Pemerintah kolonial berniat memperkuat sektor perkebunan.
"(Wabah) cacar itu sekitar tahun
1920, itu ketika penduduk Eropa mulai menduduki di wilayah perkebunan. Jadi
perhatian kolonial terhadap penyakit seperti itu terjadi setelah perluasan
perkebunan kolonial termasuk pes ini," katanya. (sumber : detik.com)
Merujuk
dari informasi sejarawan tersebut maka menjadi “mungkin” bila pada tahun-tahun
tersebut wabah bisa masuk ke desa Lahar mengingat di desa Lahar menjadi salah
satu pos pemerintahan Hindia Belanda yang tengah konsen pada perkebunan tebu di
sekitaran desa Lahar.
Di tempat
lain yang tidak jauh dari desa Lahar Belanda juga tengah mulai membuka
perkebunan kopi yang ada di lereng sebelah timur gunung Muria pada tahun 1895.
PTPN Jollong Pati wilayah perkebunannya mencakup kecamatan Gembong dan kecamatan
Tlogowungu. Di kecamatan Tlogowungu perkebunan kopi berada di desa Gunungsari
dan Tajungsari yang berbatasan dengan desa Lahar sebelah barat.
Apakah
pagebluk yang terjadi di dukuh Krakeh tersebut merupakan wabah cacar yang
tengah melanda pulau Jawa? Cerita tutur justru menyebutkan bahwa pagebluk yang menimpa
satu dukuh tersebut bukanlah penyakit biasa, melainkan penyakit yang terjadi karena
diakibatkan oleh hal mistis: yakni sengaja direkayasa oleh pemangku kepentingan
setempat karena tidak ingin dukuh Krakeh melepaskan diri dari desa Lahar.
Bila
menafikkan sebab mistis tersebut di atas dan menghubungkan pagebluk di dukuh
Krakeh dengan wabah global, mengapa tidak pernah ada catatan atau cerita bahwa
pernah terjadi wabah di kadipaten Pati? Kenapa hanya terjadi di dukuh Krakeh
desa Lahar? Masih misteri!!
Masalah antar desa harene bien pernah di tumbali.
BalasHapusCerita tutur menyebut seperti itu
Hapus