Historiesnet

Sebuah Pencarian Sejarah

Jumat, 01 September 2023

Sejarah Panjang PKI di Indonesia, Awal mula bediri sampai dibubarkan

 



Awal Mula Berdiri

Partai Komunis Indonesia (PKI) didirikan oleh sekelompok tokoh pada tahun 1920. Beberapa tokoh yang terlibat dalam pendirian PKI antara lain:

Henk Sneevliet (Maring): Henk Sneevliet, yang dikenal dengan nama samaran "Maring," merupakan tokoh komunis asal Belanda yang memiliki peran penting dalam pendirian PKI. Ia merupakan seorang revolusioner dan tokoh gerakan buruh internasional. Sneevliet membantu mengorganisir kongres pendirian Partai Komunis Hindia (PKH) yang menjadi cikal bakal PKI.

Semaun: Semaun adalah salah satu tokoh Indonesia yang terlibat dalam pendirian PKI. Ia adalah seorang aktivis buruh dan tokoh pemimpin gerakan komunis di Indonesia. Semaun memiliki peran kunci dalam merumuskan arah dan tujuan PKI dalam konteks perjuangan Indonesia.

Darah Juang: "Darah Juang" adalah nama samaran dari Amir Sjarifuddin, seorang tokoh yang juga berperan dalam pendirian PKI. Ia adalah seorang intelektual yang memiliki pengaruh kuat dalam gerakan nasionalis dan komunis. Pada saat itu, ia juga menjadi bagian penting dalam membentuk struktur dan arah pergerakan PKI.

Tiga tokoh di atas merupakan contoh utama dari para pendiri PKI di Indonesia. Namun, selain mereka, ada pula sejumlah tokoh dan anggota lainnya yang berkontribusi dalam pembentukan partai ini dan perkembangannya selama bertahun-tahun.

 

Ikut Pemilu

Partai Komunis Indonesia (PKI) pertama kali ikut serta dalam pemilihan umum pada tahun 1955. Pemilihan umum tersebut dikenal sebagai Pemilihan Umum Anggota Konstituante dan merupakan salah satu tahapan awal dalam proses politik Indonesia pasca-kemerdekaan.

Pada Pemilihan Umum Anggota Konstituante tahun 1955, PKI berhasil meraih suara cukup signifikan dan mendapatkan sejumlah kursi di Konstituante. PKI memperoleh dukungan dari kelompok-kelompok massa yang telah lama diorganisir oleh partai tersebut, seperti buruh dan petani. Meskipun PKI meraih jumlah kursi yang cukup besar, perolehan kursi tersebut masih di bawah partai-partai besar seperti Partai Nasional Indonesia (PNI) dan Masyumi.

Namun, setelah Pemilihan Umum Anggota Konstituante, terjadi dinamika politik yang semakin kompleks, dan pada tahun 1960, Presiden Soekarno membubarkan Konstituante dan mengumumkan pembentukan Demokrasi Terpimpin. Hal ini mengakhiri peran Konstituante dan merubah dinamika politik Indonesia.

 

Gesekan Dengan Umat Islam

Konflik antara Partai Komunis Indonesia (PKI) dengan umat Islam memiliki sejarah yang panjang dan kompleks dalam konteks politik dan sosial Indonesia. Konflik ini dipengaruhi oleh faktor-faktor ideologis, politik, dan sosial yang memengaruhi hubungan antara kedua kelompok ini. Beberapa poin utama dalam konflik tersebut adalah sebagai berikut:

Persaingan Ideologis: PKI adalah partai yang berasaskan ideologi komunisme, yang sering kali bertentangan dengan keyakinan dan prinsip-prinsip agama, termasuk Islam. Pemahaman komunisme tentang agama sering kali berseberangan dengan pandangan keagamaan umat Islam, yang membuat PKI dan umat Islam memiliki perbedaan mendasar dalam pandangan dunia.

Keterlibatan dalam Gerakan Buruh dan Petani: PKI aktif dalam mengorganisir gerakan buruh dan petani, yang sering kali bersinggungan dengan kepentingan ekonomi dan kepemilikan yang dimiliki oleh individu atau kelompok di dalam masyarakat, termasuk umat Islam yang memiliki peran dalam sektor tersebut. Ketika PKI berusaha untuk menggerakkan buruh dan petani dalam aksi protes atau mogok, hal ini bisa menimbulkan ketegangan dengan umat Islam yang memiliki kepentingan ekonomi.

Perpecahan dalam Organisasi Masyarakat Islam: Ada organisasi Islam yang memiliki afiliasi politik dan ideologis dengan PKI, seperti Sarekat Islam (SI) yang mendukung PKI pada awalnya. Namun, terjadi perpecahan dalam SI dan organisasi-organisasi serupa terkait pandangan politik dan ideologis. Sejumlah anggota umat Islam menentang pandangan komunis dan akhirnya organisasi Islam seperti NU (Nahdlatul Ulama) dan Muhammadiyah lebih menjaga jarak dari PKI.

Keterlibatan dalam Peristiwa Madiun 1948: Salah satu momen puncak konflik antara PKI dan umat Islam adalah peristiwa Madiun 1948. Pada waktu itu, PKI mencoba mengambil alih pemerintahan di Madiun dengan dukungan militer. Namun, upaya ini gagal dan menyebabkan konflik dengan pihak-pihak yang menentang PKI, termasuk kelompok-kelompok Islam. Peristiwa ini meninggalkan trauma dan ketegangan yang mendalam di kalangan umat Islam.

Pembunuhan Massal dan Propaganda Anti-PKI: Setelah peristiwa G30S/PKI pada tahun 1965, terjadi pembunuhan massal terhadap anggota dan simpatisan PKI. Banyak yang menyebutkan bahwa dalam konteks ini, umat Islam yang anti-PKI terlibat dalam tindakan kekerasan terhadap anggota PKI. Propaganda anti-PKI juga banyak menyebar, termasuk di kalangan umat Islam, yang semakin memperdalam konflik dan ketidakpercayaan.

Konflik antara PKI dan umat Islam mencerminkan perbedaan pandangan, nilai, dan kepentingan antara kedua kelompok ini. Meskipun ada sejumlah kelompok yang bekerja sama di berbagai momen sejarah, konflik dan ketegangan jauh lebih dominan dalam hubungan mereka sepanjang sejarah Indonesia pasca-kemerdekaan.

 

Sebab Dibubarkan

Partai Komunis Indonesia (PKI) dibubarkan setelah peristiwa G30S/PKI yang terjadi pada 30 September 1965. Peristiwa ini menjadi pemicu utama dibubarkannya PKI oleh pemerintah Orde Baru yang dipimpin oleh Jenderal Soeharto. Berikut adalah beberapa faktor yang menjelaskan mengapa PKI dibubarkan:

Peristiwa G30S/PKI: Pada 30 September 1965, terjadi upaya kudeta militer yang melibatkan beberapa perwira Angkatan Darat yang diduga terkait dengan PKI. Meskipun upaya kudeta tersebut gagal, peristiwa ini mengakibatkan pembunuhan terhadap sejumlah perwira militer. Pemerintah Soeharto mengklaim bahwa PKI terlibat dalam peristiwa ini, meskipun bukti yang jelas tidak pernah dihadirkan untuk mendukung klaim tersebut.

Pembunuhan Massal dan Ketegangan Politik: Setelah peristiwa G30S/PKI, terjadi gelombang pembunuhan massal terhadap anggota dan simpatisan PKI yang dituduh terlibat. Ribuan orang tewas dalam peristiwa tersebut. Selain itu, situasi politik semakin tegang, dan PKI dituduh sebagai dalang di balik upaya kudeta. Ketegangan ini menciptakan atmosfer di mana pemerintah merasa perlu untuk mengambil tindakan tegas terhadap PKI.

Anti-Komunisme dan Pendekatan Orde Baru: Pemerintahan Soeharto berpegang pada pendekatan anti-komunis yang kuat. Komunisme dianggap sebagai ancaman serius terhadap Pancasila dan stabilitas negara. Pemerintah Orde Baru melancarkan kampanye anti-komunis yang melibatkan penganiayaan, penahanan, dan pembubaran organisasi-organisasi yang diduga terkait dengan komunisme.

Pembubaran Organisasi dan Pelarangan: Pada Maret 1966, pemerintah mengeluarkan dekrit yang melarang PKI dan organisasi-organisasi yang terkait dengannya. Buku-buku dan materi komunis dihancurkan, dan anggota PKI dilarang bergerak secara terorganisir.

Penguatan Kekuasaan Orde Baru: Pembubaran PKI memberikan peluang bagi pemerintah Orde Baru untuk memperkuat posisi dan kendali politiknya. Dengan menghilangkan kompetitor politik yang kuat seperti PKI, pemerintah Soeharto dapat mengonsolidasikan kekuasaannya dan membentuk struktur politik yang lebih sesuai dengan visi dan ideologinya.

Pembubaran PKI dan penindasan yang menyertainya menjadi salah satu peristiwa paling kontroversial dalam sejarah Indonesia modern. Kejadian ini tidak hanya berdampak pada PKI sebagai partai politik, tetapi juga merubah arah politik, sosial, dan budaya Indonesia dalam beberapa dekade berikutnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar