Teknologi GPS yang kita pakai sehari-hari ternyata penuh dengan drama pada awal-awal digagas, berhasil dikembangkan, dan kemudian mulai dimanfaatkan oleh manusia, seperti apa kisah selengkapnya, berikut adalah ulasannya yang berhasil mimin ringkas dari berbagai sumber :
Rivalitas 2 Raksasa
Bermula dari perang dingin antara dua raksasa
dunia yaitu Amerika Serikat dan Uni Soviet usai Perang Dunia II, perang dingin
sendiri adalah sebutan untuk persaingan (baca: saling pamer) teknologi negara
mana yang lebih unggul alih-alih melakukan pertarungan langsung secara militer.
Pada tahun 1957 bulan September para ilmuan dari kedua negara adidaya yang
terlibat rivalitas tersebut memamerkan program luar angkasa mereka tentang rencana
peluncuran satelit pemancar sinyal radio pada konferensi National Academy
of Sciences di Wasington, DC.
Uni Soviet yang sekarang pecah menjadi 15 negara (Rusia, Armenia, Azerbaijan, Kazakhtan, dll) tampil sebagai pemenang, membuktikan pecapaiannya menempatkan satelit buatan manusia untuk pertama kali dalam sejarah yaitu Sputnik I di orbit luar angkasa pada tanggal 14 Oktober 1957. Disusul peluncuran Sputnik II yang mengikut sertakan anjing bernama Laika di didalamnya pada 3 November 1957. Selang satu bulan Amerika Serikat nyusul meluncurkan satelitnya berjuluk Vaguard, sayang peluncuran ini gagal karena roket meledak beberapa saat setelah peluncuran. Pada ronde ini Uni Soviet menang dalam perlombaan! Publik Amerika Serikat pun banyak yang dibuat kecewa.
Tidak
mau berlama-lama dikacangin rivalnya, pada 31 Januari 1958 peluncuran roket
luar angkasa AS kedua berhasil menempatkan satelit bernama Explorer I di
orbit luar angkasa. Di tahun yang sama tepatnya pada tanggal 29 Juli Badan Penerbangan
dan Antariksa Amerika Serikat atau yang akrab kita kenal dengan NASA (National
Aeronatics and Space Administration) resmi dibentuk oleh Pemerintah AS
sebagai lembaga yang akan berfokus pada proyek-proyek strategis luar angkasa
agar tidak kalah dengan Uni Soviet.
Terinspirasi dari Musuh
Dr. Richard B. Kershner bersama sekelompok ilmuan
AS lainnya yang tergabung dalam satu tim, diam-diam memonitor transmisi radio
Sputnik milik Uni Soviet yang terlebih dahulu berhasil mengorbit bumi. Dr. Ricard dan timnya berhasil menemukan bahwa
sinyal frekuensi Sputnik sangat kuat saat baru meluncur dan semakin melemah
ketika semakin menjauhi bumi, hal ini ternyata sesuai dengan apa yang disebut Efek
Doppler. Efek Doppler sendiri adalah sebuah fakta ilmiah yang
ditemukan oleh seorang ilmuan fisika asal negara Austria bernama Christian
Johanm Dopller yang secara sederhana menjelaskan fenomena sumber bunyi yang
bergerak akan menyebabkan perbedaan frekuensi suara relatif terhadap pendengar.
Dengan
menerapkan Efek Dopller terhadap transmisi radio Dr. Richard bersama tim menyadari
bahwa melacak posisi satelit sangat mungkin dengan menghitung atau mengetahui
posisi letak bujur satelit ketika sedang mengorbit di atas bumi, gagasan inilah
yang mendasari lahirnya GPS (Global Positioning System)
Mulai
Dikembangkan
Sebelum
manusia berhasil meluncurkan roket keluar angkasa sebetulnya Militer AS telah
mempunyai teknologi sistem navigasi seperti LORAN (Long Range Radio Navigation)
dan VOR (VHF Omni-directional Radio) yang digunakan selama Perang Dunia II, teknologi
navigasi generasi awal tersebut disebut-sebut sebagai cikal bakal teknologi GPS.
Pasca babak
tarung perlombaan antariksa AS dengan Uni Soviet seperti yang disebutkan di
awal tulisan, AS mulai rajin meluncurkan satelit-satelitnya satu persatu ke
luar angkasa pada tahun 1960, kumpulan dari lima satelit yang bertengger di
orbit luar angkasa ternyata mampu menentukan posisi satu kali setiap satu jam,
kemudian pada tahun 1967 satelit termutakhir bernama Timation bisa bekerja
lebih akurat dan mampu mencakup seluruh lokasi di dunia sebagai acuan sistem
GPS. Kemudian di tahun 1978 percobaan satelit-satelit GPS yang disebut proyek
NAVSTAR (Navigation System with Timing and Ranging) mulai dijalankan dan
berhasil.
Pesawat Korean Air Lines Nyasar
Karena ketidak akuratan sistem navigasi dalam
penerbangan sipil, sebuah insiden penembakan pesawat komersil Korean Air Lines
dengan nomor penerbangan KE-007 oleh pesawat tempur Sukhoi Su-15 milik Uni Soviet
terjadi pada 1 September 1983. Pesawat Korean Air Lines dengan 269 orang di
dalamnya tersebut diketahui “nyasar” atau menyimpang dari rute perjalannya yang
semula bertolak dari New York City Amerika Serikat menuju ke Seoul Korea
Selatan, malah melenceng jauh ke arah utara sehingga sempat terbang berjam-jam
di kawasan udara Uni Soviet yang kebetulan melewati instalasi rahasia militer.
Seperti yang kita ketahui, jauh sebelum teknologi navigasi berkembang manusia jaman dahulu sudah memakai cara-cara yang sederhana misalnya dengan memakai petunjuk rasi bintang agar bisa mengetahui arah perjalanan, misalnya dalam pelayaran laut. Pada pesawat terbang awal-awal ditemukan, pilot harus mengandalkan penglihatan mata untuk mengamati objek-objek besar seperti gunung, sungai, danau, dan sebagainya demi memandu perjalanan. Kemudian berkembang lebih canggih dengan dipandu oleh sinyal radio yang dipancarkan ratusan menara kontrol penerbangan yang ada di setiap negara.
Salah Paham, dan Ditembak
Bersamaan dengan nyasarnya pesawat Korean Air Lines
memasuki kawasan Soviet, pesawat milik angkatan udara AS, Boeng 707 kebetulan sedang
berada tidak jauh dari lokasi insiden untuk melakukan misi pengintaian terhadap
uji coba rudal Soviet di kawasan Kamchatka, karena tertangkap radar militer Soviet
pun mengejarnya. Pihak Soviet salah mengidentifikasi, malahan mengejar pesawat
penumpang yang nyasar itu.
Pilot pesawat tempur Soviet sempat melihat lampu sorot dan lampu navigasi pesawat yang dikejarnya itu berkedip, menandakan bahwa itu penerbangan sipil bukan pesawat mata-mata. Pilot Soviet juga sudah melepaskan tembakan peringatan namun tidak dilihat oleh pilot Korean Air Lines karena saat itu tengah fokus berkomunikasi dengan menara kontrol lalu lintas udara Jepang, setelah mendapatkan ijin dari otoritas penerbangan Jepang pesawat Korean langsung melambat kemudian menaikkan ketinggian, oleh pilot tempur Soviet hal itu dianggap sebagai manuver menghindari pengejaran, dua rudal pun terpaksa dilesatkan oleh sang pilot Sukhoi sebelum pesawat penumpang yang nahas itu keluar dari kawasan udara Soviet, pesawat yang terbakar oleh hantaman rudal kemudian jatuh di perairan Jepang dekat pulau Sakhalin. Semua awak dan penumpang pesawat dinyatakan tewas.
Pasca insiden tersebut, kepada publik Pemerintah Soviet hanya mengeluarkan peryataan normatif bahwa militernya telah menembak jatuh pesawat tak dikenal yang memasuki wilayahnya tanpa ijin. Sementara Pemerintah AS bereaksi keras terhadap kejadian ini yang menyebabkan hubungan kedua negara semakin memanas. Menyikapi hal ini AS akhirnya mulai memperbolehkan penggunaan GPS untuk kepentingan publik yang semula hanya diperuntukkan khusus bagi kalangan militer saja, dengan harapan keamanan penerbangan lebih terjamin karena navigasi akan lebih akurat.
Nah, seperti itulah sejarah singkat perkembangan dan
pemakaian GPS yang kita pakai sehari-hari dewasa ini, bila kamu suka dengan
artikel ini silahkan share ke media sosial kamu agar kamu turut berbagi ilmu
pengetahuan..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar